Senin, 03 Desember 2012

Curhat Mantan Penyidik Bentuk Pembunuhan Karakter Ketua KPK?

Anggota DPR RI Bambang Soesatyo mempertanyakan motif curhat mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang berasal dari Kepolisian RI beberapa waktu lalu. Politisi Partai Golkar itu bahkan mencium adanya motif pembunuhan karakter terhadap kepemimpinan Keua KPK Abraham Samad oleh mantan penyidik dari Polri itu.

Bila keluhan itu hanya menyerang pribadi Ketua KPK Abraham Samad, kata anggota Komisi III DPR RI itu, rasanya tidak etis, karena Abraham Samad telah berhasil mendorong kasus Bank Century ke penyidikan dan membongkar kasus besar lain yag melibatkan kekuasaan. Lagi pula bukankah kepemimpinan KPK kolektif kolegial?

"Mengapa hanya pribadi Abraham Samad yang diserang? Saya mengendus ada motif pembunuhan karakter atas kepemimpinan Abraham Samad yang tanpa kompromi itu," kata Bambang di Jakarta, Rabu (28/11).

Anggota Komisi III DPR RI lainnya, Aboe Bakar Al-Habsy, juga meyayangkan curhat mantan dua penyidik KPK dari unsur Polri tersebut. "Curhat mereka kepada media itu tidak bagus untuk hubungan dua lembaga penegak hukum tersebut. Kemarin kan hubungan dua lembaga ini sempat memanas, seharusnya yang dilakukan adalah upaya reintegrasi antarpenegak hukum, bukan beginian," kata Aboe Bakar.

Politisi PKS itu menambahkan, yang dilakukan oleh dua penyidik ini sama halnya dengan mengkorek-korek masa lalu, sehingga berpotensi membuka konflik yang ada. "Saya minta Kapolri memberikan teguran kepada dua penyidik tersebut. Perlu ada pembinaan buat mereka, tidak baik bersikap yang demikian," katanya.

Bila memang selama ini ada kekurangan di KPK, lanjutnya, hal tersebut sangat wajar. "Semua lembaga pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada yang sempurna. Namun tak selayaknya persoalan internal diungkap ke publik. Saya kira kerugiaannya akan lebih besar, tidak ada manfaatnya dari curhatan seperti itu. Bila memang ada evaluasi, bisa saja diberikan kepada lembaga yang terkait," kata Aboe Bakar.

Kekecewaan serupa juga dilontarkan Indonesian Corruption Watch (ICW). Langkah mantan penyidik bernama Kompol Hendy Kurniawan yang mengungkapkan kejanggalan-kejanggalan di lembaga pimpinan Abraham Samad itu dinilai sangat tak etis.

"Mekanisme kerja di KPK sifatnya rahasia. Tapi keburukan KPK tiba-tiba dikemukakan ke publik. Apalagi tanpa konfirmasi KPK, tentu ini dapat mengganggu kinerja KPK yang sedang mengusut banyak kasus korupsi," kata anggota Badan Pekerja ICW Emerson Yuntho.

Emerson menyayangkan langkah Hendy tersebut, karena dapat menimbulkan spekulasi di masyarakat bahwa pernyataan Hendy ini sengaja dan difasilitasi oleh Kepolisian.

Bahkan, menurut dia, ada dugaan pengakuan Hendy ini ditujukan untuk mengganggu proses pengusutan dugaan korupsi alat simulasi kemudi untuk ujian SIM yang sedang diusut KPK. "Sepertinya ada upaya-upaya untuk mengganggu kasus yang sedang berjalan di KPK, khususnya simulator," kata dia.

Sebaiknya, kata Emerson, jika benar terdapat kejanggalan dalam mekanisme KPK, langsung diungkapkan kepada pimpinan lembaga antikorupsi itu.

Sementara itu, Kepala Polri Jenderal Polisi Timur Pradopo mengatakan pernyataan Hendy bersifat pribadi, bukan mengatasnamakan institusi. Dia juga membantah Kepolisian telah memfasilitasi penyidik untuk mengungkapkan sisi negatif dari KPK selama mereka bertugas di sana. "Itu bukan atas nama institusi. Penyidik ini baru keluar dari KPK, jadi yang bersangkutan masih ditempatkan di SDM," kata dia.

Pada Selasa (27/11), Hendy Kurniawan mengungkapkan kejanggalan mekanisme penyidikan yang dijalankan pimpinan KPK Abraham Samad. Kejanggalan itu berupa prosedur dalam penetapan tersangka di sejumlah kasus. ***

0 komentar:

Posting Komentar