RMOL. Diduga kuat Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa membohongi publik. Pasalnya, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia membantah pernyataan Marty dan menegaskan pemerintah Kerajaan Arab Saudi tidak pernah meminta maaf atas pemancungan Ruyati binti Satubi.
"Bila benar bohong, secara etis sebaiknya Marty mengundurkan diri. Namun secara yuridis, teman-teman LSM dapat melaporkan kebohongan publik ini kepada aparat hukum (polisi), supaya menjadi pembelajaran bagi pejabat lain agar tidak senang membohongi rakyat," kata anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Aboe Bakar Al Habsy, kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Sabtu, 25/6).
Bila benar Marty membohongi publik, Aboe menilai hal ini menjadi bukti penguat betapa moralitas dan integritas pejabat publik sangat rendah.
"Saya lihat pidato para pejabat bersama Presiden SBY kemarin lebih bernuansa asal bapak senang (ABS). Mungkin secara psikologis takut kena reshuffle. Memang masih perlu dibuktikan, siapakah yang sebenarnya berbohong, Menlu atau Dubes," tegas Aboe mendudukkan persoalan.
Menurut Aboe, bila kinerja kementerian masih minim seharusnya para menteri segera memaksimalkan kinerjanya, bukan malah menutupi dengan kebohongan.
"Saya juga menyayangkan respon presiden yang cenderung terlambat, namun yang lebih disayangkan Presiden masih menuduh ada pihak yang menggoreng isu ini. Padahal kenyataannya memang kinerja pemerintah dalam menangani persoalan TKI sangat memble," demikian Aboe. [yan]
0 komentar:
Posting Komentar